PELATIHAN PEMBUDIDAYAAN JAMUR MENAMBAH SKILL SISWA

Setelah bergelut dengan berbagai macam proposal, akhirnya GEC Mushroom mendapat persetujuan untuk mendapat pelatihan dari pengusaha budidaya Jamur yang profesional. Memang tidak mudah untuk bisa menjadi seorang pembudidaya jamur, karena dibutuhkan ketelatenan dan keseriusan.“ Kalau soal teori, siswa-siswi sudah dapat dan mengerti di kelas, tapi prakteknya masih belum, oleh karena itu diselenggarakan pelatihan ini ” ujar Ibu Jujuk selaku pembimbing.

Sabtu (29/1) kemarin, diadakan pelatihan pembudidayaan jamur atau Mushroom Cultivation. Pelatihan ini didapatkan dari Mas Sony (karena beliau lebih berkenan dipanggil Mas) dan Mas Dedi yang memiliki usaha di daerah Wagir, Kabupaten Malang.

Tujuan utama kegiatan ini agar GEC Mushroom SMAN 10 Malang bisa mengembangkan budidaya jamur sendiri dengan membuat baglog jamur secara mandiri, menggunakan media baru yang belum umum digunakan oleh para pembudidaya jamur dan juga berbagi pengalaman tentang budidaya jamur.

Rombongan berangkat dari asrama pukul 8.00 pagi menggunakan bus yang mengantar 37 peserta training dan sampai pukul 09.00 pagi. Sesampai disana sikap ramah dan welcome tuan rumah membuat siswa tidak canggung lagi jika ada pertanyaan atau yang kurang jelas. Para siswa belajar mulai dari membuat komposisi baglog yang benar, tahapan sterilisasi, tahapan penanaman dan perawatan jamur.

Mulai dari proses pencampuran bahan-bahan baglog yang terdiri dari komposisi serbuk kayu, dedak padi, kapur dan juga air. Perbandingan antara serbuk kayu dan dedak padi dalam campuran tersebut adalah 5:1 dicampurkan kapur dan air secukupnya. Yang perlu diperhatikan, jangan sampai adonan tersebut terlalu basah karena hal tersebut malah akan menghambat pertumbuhan jamur.

Proses selanjutnya yang dilakukan setelah pembuatan adonan baglog adalah pengepakan adonan tersebut ke plastik tebal dan menutupnya, selanjutnya proses sterilisasi yang bertujuan untuk membunuh bakteri atau jamur liar. Sterilisasi tersebut harus mencapai temperatur 100C. Setelah proses sterilisasi selesai, baglog didiamkan sekitar  8 jam baru bisa diberi bibit, kira-kira sebanyak satu sendok makan.

Baglog yang sudah diberi bibit dibuka tutupnya dan diganti dengan koran atau kapas yang dikareti. Bahan tersebut difungsikan untuk memfilter udara yang masuk ke baglog. Setelah itu baglog di taruh di kumbung, dijaga kelembapan dan temperaturnya. Selain itu baglog juga harus dijaga dari serangan serangga dan ulat dengan cara penyemprotan pestisida pada kumbung jamur.

Untuk panen sendiri, satu bagolog bisa menumbuhkan jamur selama 4 bulan dan panen bisa dilakukan tiap minggu bahkan tiap 3 hari.

“Disana kita tidak hanya melihat proses-proses yang mereka lakukan untuk membuat baglog hingga menumbuhkanyya, namun kita melakukan langsung proses-proses tersebut jadi selain mengerti teori dan konsepnya kita juga tahu prakteknya secara langsung” ujar kak reski selaku koordinator Mushroom.

Dengan adanya training ini semoga  kumbung jamur SMA 10 Malang bisa berkembang dan suatu hari nanti muncul pebisnis jamur yang sukses. (wfa)

By admin