Diklat Jurnalistik SMAN 10 Malang (Kampus 2)
DUA HARI, ERATKAN ORGANISASI
WALAUPUN sempat tertunda beberapa minggu, Pendidikan dan Latihan (Diklat) Jurnalistik SMAN 10 Malang (Kampus 2) akhirnya dapat dihelat pada Sabtu (12/1) hingga Minggu (13/1). Acara bertajuk The Classic Breakthrough ini diikuti oleh seluruh anggota jurnalistik kelas X dan XI serta sebagai panitia diklat adalah anggota junalistik kelas XII. Diklat ini sangat penting kaena untuk meningkatkan kreativitas dan loyalitas anggota terhadap organisasi.
Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh panitia, peserta laki-laki mengenakan baju berwarna merah muda dengan celana hitam yang hanya sampai mata kaki. Sedangkan untuk peserta perempuan, mengenakan baju berwarna hijau dan jilbab (bagi yang berjilbab) berwarna merah muda, serta celana hitam yang hanya mata kaki juga. Selain itu, seluruh peserta yang telah dibagi dalam beberapa kelompok itu juga telah membuat name tag degan berbagai bentuk organ tubuh manusia dan berbagai warna yang berbeda pula. Ada tujuh kelompok dalam diklat ini. Setiap kelompok terdiri dari enam hingga tujuh anggota.
Pada hari berlangsungnya diklat ini, seluruh peserta berbaris rapi dengan komando yang datang dari panitia berbaju dominan biru tua di teras gedung mercusuar SMAN 10 Malang kampus dua. Satu per satu peserta sesuai dengan kelompoknya memasuki hall mercusuar setelah mengumpulkan tugas mereka memecahkan tantangan pena berbicara. Pembukaan diisi oleh pidato ketua panitia acara “Sertijab dan Diklat Jurnalistik SMAN 10 Malang Kampus Dua 2012/2013 Dua Puluh Empat Jam” yaitu Alvin Faizah, kemudian disusul oleh pidato dari ketua LtoL Jurnalistik kampus dua periode 2011/2012 yaitu Virgiawan Alfianto. Acara dilanjutkan dengan rangkaian training dari beberapa pembicara yang mayoritas merangkap sebagai panitia acara ini. Para peserta diajarkan bagaimana cara membuat berita yang baik dan sesuai kode etik jurnalis. Mereka juga belajar meliput berita dengan kondisi terdesak, bahkan ketika kondisi mengharuskan komunikasi mereka terbatas hanya menggunakan bahasa isyarat. Mereka dituntut menjadi kreatif dan profesional dalam waktu singkat dalam kondisi terburuk mereka.
Humor ala duo MC yang mereka sebut “cetar membahana”, Yusa Nikmaturrohmah dengan Laila Naimatul Muthaharah, sukses memecahkan gelak tawa dari seluruh penjuru hall mercusuar menghilangkan rasa bosan yang sedari lama para peserta rasakan selama training. Pembagian permen oleh tim panitia juga meringankan beban kantuk di pundak mereka. Yang menghebohkan lagi adalah ice breaker di sela-sela acara. Salah satunya adalah Missing Lyric. Bilamana ragam jenis musik terputar dari laptop sang DJ, Alvin Faizah, seluruh peserta diharuskan menari-nari dan berdansa dengan binal tanpa terkecuali. Tidak boleh ada siswa yang memperagakan gerakan yang sama, apalagi tidak menari sama sekali. Salah satu yang dance paling unik adalah gaya dance SNSD dari seorang peserta bernama Triyo Anggono yang bisa dibilang cukup mencengangkan. Ketika musik terhenti, mereka harus menebak lanjutan lirik lagu yang setengah terputar tadi. Mereka yang gagal melanjutkan lirik lagu tersebut dikumpulkan di depan dan para peserta dan menerima hukuman yang ditentukan oleh dua perwakilan siswa yang tidak termasuk golongan mereka yang kalah. Merekalah Banin dan Sistaria Isma. Menuliskan di udara ejaan kata “sosialisasi” dengan gerakan pantat adalah hukuman bagi laki-laki sedangkan perempuan dengan gerakan lidah. Pada malam hari digelar renungan jurnalisme di lapangan rumput sekaligus yell-yell perfomance.
Diklat hari pertama berakhir pukul sembilan malam. Seluruh peserta menuju penginapan sementara mereka yaitu di kamar-kamar lantai satu gedung B. Melewati hamparan siswa-siswi non-jurnalistik sepanjang “jembatan cinta”, mereka menyebutnya, yang sedang menghabiskan malam minggu mereka dengan teman-temannya, mereka berbaris dengan rapi. Mereka harus segera beristirahat karena tantangan hari berikutnya telah menanti.
Diklat hari kedua diawali pukul tiga dini hari. Seluruh peserta diklat berbaris rapi dengan kondisi seadanya di teras gedung Mercusuar, bersiap menerima instruksi dari panitia. Tantangan mereka kali ini adalah memburu berita malam. Setiap kelompok diberikan kasus-kasus unik berikut clue nya dimana mereka harus menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang hal itu selama dua jam. Mereka harus memburu info dari narasumber yang amat pelik digali informasinya, misalnya gila. Acara dilanjutkan dengan tantangan pembuatan koran tempel selama kurang lebih satu setengah jam. Lima artikel hard maupun softcopy berikut dekorasi koran tempel harus mereka selesaikan dengan durasi satu setengah jam saja. Acara kemudian dilanjutkan dengan senam pagi bersama kemudian ishoma diikuti oleh pemberian materi photography oleh pembicara Ekki Pramana dan Dyah Rizka Paramastuti yang merupakan photographer berprestasi kepunyaan SMAN 10 Malang. Peserta diklat jurnalistik juga kedatangan tamu dari club photography pada sesi ini.
Akhir acara “Sertijab dan Diklat Jurnalistik SMAN 10 Malang Kampus Dua 2012/2013 Dua Puluh Empat Jam” ini ditutup dengan penyerahan jabatan ketua LtoL jurnalistik kampus dua periode 2011/2012, Virgiawan Alfianto kepada ketua LtoL jurnalistik SMAN 10 Malang kampus dua periode 2012/2013, M. Arif Wicaksono dengan disaksikan oleh seluruh peserta diklat jurnalistik, jurnalis senior kelas dua belas, dan pembina LtoL jurnalistik, Yudi Fahmin. Usai sudah acara diklat ini ditandai dengan pengumuman dan pembagian hadiah bagi the best team yaitu Nuansa Bening, Cuap-Cuap, dan Olala tepat pukul satu siang hari Minggu (13/1). (arf/hap)